Oleh : Roselyne Laurentza
1. Candi Borobudur
Kita tentu sudah tidak asing lagi dengan Candi
Boroubudur, dimana candi pernah masuk sebagai 7 keajaiban dunia. Candi yang
dibangun pada masa kerajaan dinasti Syeilendra. Terletak di desa bernama
Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Kita bisa ke desa Borobudur dari Yogyakarta
menggunakan kendaraan dengan jarak tempu sekitar 1 jam. Candi ini disusun
dengan menggunakan balok batu beserta design arsitektur yang luar biasa megah,
susunan relief atau patung-patung yang mengelilingi candi. Candi termasuk candi
Budha terbesar di dunia.
2. Candi Prambanan
Candi Prambanan salah satu candi yang terbesar agama
Hindu. terletak di 13km arah Klaten, dan 17km dari arah
Yogyakarta. Kompleks Candi Prambanan mempunyai 3 halaman, yaitu halaman
pertama berdenah bujur sangkar, merupakan halaman paling suci karena halaman
tersebut terdapat 3 candi utama (Siwa, Wisnu, Brahma), 3 candi perwara, 2 candi
apit, 4 candi kelir, 4 candi sudut/patok. Halaman kedua juga berdenah bujur
sangkar, letaknya lebih rendah dari halaman pertama. Pada halaman ini terdapat
224 buah candi perwara yang disusun atas 4 deret dengan perbandingan jumlah 68,
60, 52, dan 44 candi. Susunan demikian membentuk susunan yang konsentris menuju
halaman pusat.
3. Candi Mendut
Candi Mendut terletak 3km dari arah borobudur, candi
yang berlatarbelakang agama Budha ini terletak di desa mendut. Candi mendut
didirikan semasa pemerintahan Raja Indra dari Dinasti Syeleindra. Dibangun pada
tahun 824 Masehi. Candi ini lebih tua dari Candi Borobudur. Arsitekturnya
persegi empat dan mempunyai pintu masuk di atas tangganya. Atapnya juga persegi
empat dan bertingkat-tingkat, ada stupa di atasnya. didalam candi mendut
terdapat 3 patung besar :
- Cakyamuni yang sedang duduk bersila dengan posisi tangan memutar roda
dharma.
- Awalokiteswara sebagai Bodhi Satwa membantu umat manusia
Awalokiteswara merupakan patung amitabha yang berada di atas mahkotanya, Vajrapani. Ia sedang memegang bunga teratai merah yang diletakkan di atas telapak tangan. - Maitreya sebagai penyelamat manusia di masa depan
Ada cerita untuk anak-anak pada dinding-dindingnya.
Candi ini sering dipergunakan untuk merayakan upacara Waisak setiap Mei pada
malam bulan purnama dan dikunjungi para peziarah dari Indonesia maupun manca
negara.
4. Candi Muara Takus
candi yang berada di daerah Riau Sumatra Barat, candi
agama Budha ini tepatnya terletak di daerah muara takus Kecamatan XIII
Koto, Kabupaten Kampar atau jaraknya kurang lebih 135 kilometer dari Kota
Pekanbaru, Riau. Jarak antara kompleks candi ini dengan pusat desa Muara Takus
sekitar 2,5 kilometer dan tak jauh dari pinggir Sungai Kampar Kanan. Umat
Budha setempat bersembahyang rutin di candi itu. Sejak beberapa tahun belakang
ini, candi tersebut dijadikan sebagai lokasi upacara peringatan hari suci
Waisak. Masyarakat non-Budha, termasuk dari luar Provinsi Riau, banyak yang
berwisata ke candi ini. Gugusan candi dikelilingi tembok setinggi satu
meter seluas berukuran 74 x 74 meter. Setelah masuk ke kompleks candi, segera
nampak keunikan lainnya. Candi-candi di sana, seperti juga candi di Muaro Jambi
dan di kawasan Padanglawas Utara, Sumatera Utara, dibangun dengan batu bata
merah, bukan batu andesit seperti kebanyakan candi di Jawa.
5. Candi Sewu
Candi Sewu merupakan candi budha yang berada dalam
kompleks candi prambanan. Candi Sewu di bangun pada saat masa kerjaan Matraman
Kuno oleh Raja Pakai Panangkarang (746 – 784). Candi Sewu merupakan
komplek candi Buddha terbesar setelah candi Borobudur. Menurut legenda
rakyat setempat, seluruh candi ini berjumlah 999 dan dibuat oleh seorang tokoh
sakti bernama, Bandung Bondowoso hanya dalam waktu satu malam saja, sebagai
prasyarat untuk bisa memperistri dewi Roro Jonggrang. Namun keinginannya itu
gagal karena pada saat fajar menyingsing, jumlahnya masih kurang satu.
6. Candi Brahu
Candi Brahu terletak di Desa Bejijong, Kecamatan
Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur. Brahu merupakan lokasi
Ngaben (pembakaran mayat) era kerjaan Majapahit. Nama Brahu di dapat dari
sebutan untuk bangunan suci seperti disebutkan dalam prasasti Alasantan, yang
tidak jauh ditemukan dari candi brahu. Candi Brahu dibangun dengan menggunakan
batu bata sebagai bahan utamanya, dengan panjang sekitar 18 meter,
lebar 22,5 meter, dan tinggi 20 meter. Dari pintu masuk ke ruang bilik
Candi yang terletak di sisi barat dapatlah diketahui bahwa Candi Brahu
menghadap Kearah barat. Di sekitar Candi Brahu banyak terdapat
temuan Candi-candi kecil yang sebagian sudah runtuh, seperti Candi
Muteran, Candi Gedung, Candi Tengah, dan Candi Gentong. Saat penggalian
dilakukan di sekitar Candi, banyak ditemukan benda-benda kuno seperti alat-alat
upacara keagamaan dari logam, perhiasan dari emas, arca, dan lainnya.
7. Candi Banyunibo
Candi Banyunibo yang berarti air jatuh, adalah candi
Buddha yang berada tidak jauh dari Candi Ratu Boko, yaitu di bagian sebelah
timur dari kota Yogyakarta ke arah kota Wonosari. Candi ini dibangun pada
sekitar abad ke-9 pada saat zaman Kerajaan Mataram Kuno. Pada bagian atas candi
ini terdapat sebuah stupa yang merupakan ciri khas agama Buddha. Keadaan
dari candi ini terlihat masih cukup kokoh dan utuh dengan ukiran relief
kala-makara dan bentuk relief lainnya yang masih nampak sangat jelas. Candi
yang mempunyai bagian ruangan tengah ini pertama kali ditemukan dan diperbaiki
kembali pada tahun 1940-an, dan sekarang berada di tengah wilayah persawahan.
8. Candi Ngawen
Candi Ngawen adalah candi Buddha yang berada kira-kira
5 km sebelum candi Mendut dari arah Yogyakarta, yaitu di desa Ngawen, kecamatan
Muntilan, Magelang. Menurut perkiraan, candi ini dibangun oleh wangsa
Syailendra pada abad ke-8 pada zaman Kerajaan Mataram Kuno. Keberadaan candi
Ngawen ini kemungkinan besar adalah yang tersebut dalam prasasti Karang Tengah
pada tahun 824 M. Candi ini terdiri dari 5 buah candi kecil, dua di
antaranya mempunyai bentuk yang berbeda dengan dihiasi oleh patung singa pada
keempat sudutnya. Sebuah patung Buddha dengan posisi duduk Ratnasambawa yang
sudah tidak ada kepalanya nampak berada pada salah satu candi lainnya. Beberapa
relief pada sisi candi masih nampak cukup jelas, di antaranya adalah ukiran
Kinnara, Kinnari, dan kala-makara.
9. Candi Lumbung
candi lumbung Disebut Candi Lumbung karena bentuk
candi ini menyerupai lumbung padi. Berbeda dengan Candi Prambanan yang
merupakan Candi Hindu, Candi Lumbung ini merupakan candi
Budha. Candi ini diperkirakan dibangun pada abad ke-9 pada zaman Kerajaan
Mataram Kuno. Candi Lumbung terdiri dari sebuah candi induk yang dikelilingi
oleh 16 buah candi kecil (Candi Perwara) yang keadaannya masih relatif
baik. Adalah candi yang berada di dalam kompleks Taman wisata Candi
Prambanan, tepatnya berada di sebelah Candi Bubrah. Jaraknya dari Candi
Prambanan adalah sekitar 500 meter ke arah utara. Dari Kota Klaten jaraknya
kurang lebih 15 km ke arah barat.
10. Candi Cetho
Candi Cetho merupakan sebuah candi bercorak agama
hindu peninggalan masa akhir pemerintahan Majapahit (abad ke 15). Candi Cetho
terletak di dukuh cetho, desa gumeng, kecamatan jenawi, kabupaten
karanganyar. Konon nama Cetho, yang dalam bahasa Jawa berarti jelas,
digunakan sebagai nama dusun tempat candi ini berada karena dari Dusun Cetho
orang dapat dengan jelas ke berbagai arah. Ke arah utara terlihat pemandangan
Karanganyar dan Kota Solo dengan latar belakang Gunung Merbabu dan Merapi
serta, lebih jauh lagi, puncak Gunung Sumbing. Ke arah barat dan timur terlihat
bukit-bukit hijau membentang, sedangkan ke arah selatan terlihat punggung dan
anak-anak Gunung lawu. Candi Cetho merupakan kelompok bangunan yang terdiri
atas 11 berundak yang membentang arah timur – barat.
0 komentar:
Posting Komentar